AditAIP Siapa Meet Youtube Facebook Twitter

Kamis, 25 September 2014

Ranah ini Penuh Sandiwara

"Indonesia, tanah air beta, dimana semua semuanya bisa jadi tanaman"
     Tanah subur nan elok hingga pelupuk mata pun bingung untuk mengungkapkannya. Masih ingatkah  kalian teman teman generasi muda bagaimana nenek moyang kita merebut ranah ini dengan segala pertumpahan, pertumpahan? pertumpahan apa itu? pertumpahan peluh, pertumpahan semangat, dan pertumpahan darah.

      Hampir 68 tahun negara ini kata orang orang dianggap merdeka. Merdeka karena tidak ada bangsa asing lagi yang memanfaatkanmu dan memaksamu? manusia memang diciptakan dengan memiliki si egois, mereka mengartikan merdeka dengan pernyataan yang membuat diri mereka pribadi tidak terganggu, namun sebenarnya, hampir 68 tahun ini Indonesia menangis sendu namun dia sunyi senyap, lebih senyap dari ruang yang tak bertuan. Ia berharap ada seorang yang peka terhadap kondisinya walaupun dia tak mengatakannya. Indonesia masih merasa tidak merdeka, terlihat bukan dari kata katanya yang mengucap, namun dari air mata sunyinya.

     68 tahun sejak Ir.Soekarno berkoar tentang Proklamasi ditahun 1945 dan sekarang semuanya sudah berubah, segalanya berubah, kepemimpinan, dunia, dan orang orang juga sudah berubah. Sirine peringatan perang berganti menjadi klakson klakson mobil yang berteriak amat keras, posko posko bantuan kesehatan sudah berubah menjadi rumah sakit serba memadahi, orang orang yang dulu hanya berpakaian seadanya kini banyak bepergian ke mall mall dengan dandanan yang tiada habisnya untuk diikuti, dan pemuda pemuda yang berlatih memegang senjata sekarang berubah menjadi sosok sosok yang melatih otaknya dengan memegang buku, walaupun masih ada juga yang masih berlatih berperang melawan saudaranya sendiri. prihatin.

    Penjajahan itu seharusnya ada tanpa kita sadari, Namun hanya si Indonesia yang merasakannya bukan kita, mengapa kita tidak? mungkin sebagian juga merasakan, namun kebanyakan tidak, karena apa? karena itu tadi, manusia diciptakan lengkap dengan si egoisnya. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar